26/09/2022

Andaikan Lebih Panjang, Andaikan Yang Masih Baru dan Andaikan Semuanya…

Responsive image

Hari itu ada seseorang yang meninggal dunia. Seperti yang sudah biasa dilakukan, jika ada salah seorang sahabat meninggal dunia, Rasulullah Saw. selalu mengantar jenazahnya sampai ke kuburan. 

 

Dan pada saat pulang, Beliau sempatkan singgah ke rumah almarhum untuk menghibur dan menenangkan keluarga yang ditinggalkannya, supaya tetap bersabar dan tawakal menerima musibah. 

 

Kemudian Rasulullah Saw. berkata, “Tidakkah Almarhum mengucapkan wasiat sebelum wafatnya?” Istrinya menjawab, “Saya mendengar dia mengatakan sesuatu di antara dengkur nafasnya yang tersengal-sengal menjelang ajal.”

 

“Apa yang dikatakannya?”, tanya Nabi Saw.

 

“Saya tidak tahu, ya Rasulullah Saw., apakah ucapannya itu sekedar rintihan sebelum mati, ataukah pekikan pedih karena dahsyatnya sakaratul maut. Cuma, ucapannya memang sulit dipahami lantaran merupakan kalimat yang terpotong-potong,” ungkap sang istri.

 

“Bagaimana bunyinya?” desak Rasulullah Saw.

 

Istri yang setia itu menjawab, “Suami saya mengatakan, “Andaikan lebih panjang lagi…. Andaikan yang masih baru…. Andaikan semuanya…. hanya itulah yang tertangkap sehingga kami bingung dibuatnya. Apakah perkataan-perkataan itu igauan dalam keadaan tidak sadar, ataukah pesan-pesan yang tidak selesai?”

 

Rasulullah Saw. tersenyum. “Sungguh yang diucapkan suamimu itu tidak keliru,” ujarnya. 

 

Kisahnya begini. Pada suatu hari, ia sedang bergegas akan ke masjid untuk melaksanakan shalat Jum’at. 

 

Di tengah jalan ia berjumpa dengan orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu berulang kali terantuk batu karena tidak ada yang menuntun. 

 

Maka suamimu yang membimbingnya hingga dia tiba di masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas penghabisan, dia menyaksikan pahala amal salehnya itu, lalu ia pun berkata, “Andaikan lebih panjang lagi”. Maksudnya, andaikata jalan ke masjid itu lebih panjang lagi, pasti pahalanya lebih besar pula.

 

“Ucapan lainnya ya Rasulullah Saw.?” lanjut sang istri.

 

Nabi menjawab, “Adapun ucapannya yang kedua dikatakannya tatkala, ia melihat hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada hari berikutnya, waktu ia pergi ke masjid pagi-pagi, sementara cuaca dingin sekali, di tepi jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir mati kedinginan. Kebetulan suamimu membawa sebuah mantel baru, selain yang dipakainya. Maka ia mencopot mantelnya yang lama, diberikannya kepada lelaki tersebut. Dan mantelnya yang baru lalu dikenakannya. Menjelang saat-saat terakhirnya, suamimu melihat balasan amal kebaikannya itu. Sehingga ia pun menyesal dan berkata, “Coba andaikan yang masih baru yang kuberikan kepadanya dan bukan mantelku yang lama, pasti pahalaku jauh lebih besar lagi.” Itulah yang dikatakan suamimu selengkapnya.

 

“Kemudian, ucapannya yang ketiga, apa maksudnya, ya Rasulullah Saw.?” tanya sang istri makin ingin tahu.

 

Dengan sabar Nabi menjelaskan, “Ingatkah kamu, ketika pada suatu hari, suamimu datang dalam keadaan sangat lapar dan meminta disediakan makanan? Engkau menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur dengan daging. Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba-tiba seorang musafir mengetuk pintu dan meminta makanan. Suamimu lantas membagi rotinya menjadi dua potong. Yang separuh diberikan kepada musafir itu. Dengan demikian, pada waktu suamimu akan meninggal, ia menyaksikan betapa besarnya pahala dari amalannya itu. Karenanya, ia pun menyesal dan berkata, “Kalau aku tahu begini hasilnya, musafir itu tidak hanya kuberi separuh. Sebab andaikata kuberikan semua rotiku kepadanya, sudah pasti pahalaku akan jauh lebih besar lagi.”

 

Allah Swt. berfirman dalam Surat Al-Munafiqun Ayat 10,

 

وَأَنفِقُوا۟ مِن مَّا رَزَقْنَٰكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِىَ أَحَدَكُمُ ٱلْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَآ أَخَّرْتَنِىٓ إِلَىٰٓ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

 

Artinya: “Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?””

 

Satu keinginan orang yang sudah meninggal yaitu mengeluarkan sedekah. Oleh karena betapa agung dan hebat ganjarannya. Orang yang cerdas adalah orang yang sibuk menyiapkan bekal sesudah mati.